BAB I
PEMAHAMAN TENTANG DOGMATIKA
1.1. Pengertian Dogma,Doktrin dan pengajaran
a. Dogma
Dogma adalah : Asas,ajaran,dasar keyakinan dari suatu agama,institusi,organisasi atau kelompok yang sifatnya permanen (tidak dapat diubah ).
Dogma itu sudah disahkan/telah disahkan dan telah mendapat pengakuan resmi dari suatu kelompok.
b. Doktrin
Doktrin adalah : Asas,ajaran,dasar kepercayaan dari suatu organisasi,agama,institusi yang sifatnya temporer; berkembang atau dapat berubah sesuai dengan waktu dan keadaan.
c. Pengajaran
Pengajaran adalah : Asas,ajaran,dasar keyakinan yang murni sesuai dengan konteks kebenaran Firman Allah dan sifatnya tidak dapat ditafsirkan sembarangan ( permanent )
Kesimpulan :
Dogmatika bersifat umum,sedangkan dogmatika Kristen
berorientasi kepada Alkitab
BAB II
DOGMA TENTANG ALLAH
2.1. Kelembagaan Allah
Di surga Allah memiliki kelembagaan/kekuasaan yang diatur secara sistimmatis.
Allah memiliki otoritas tertinggi dalam pemerintahanNya/Teokrasi.
Sedangkan para malaikat memiliki kekuasaan di bawah otoritas Allah dam mereka
mempunyai tugasnya masing- masing sesuai dengan yang diatur dalam kelembagaanNya.
Srtuktur kelembagaan Allah dapat dilihat dalam gambar :
2.2. Nama Allah
Nama Allah ada 2 :
a. Elohim Kejadia 1:26
b. YHWH Keluaran 3:14
Nama Elohim digunakan di generasi Adam sampai dengan zaman Israel. Elohim adalah nama Allah seluruh bangsa.
YHWH adalah nama Allah yang di khususkan bagi orang Israel,diluar Israel tidak boleh menyebut nama itu.
2.3. Keberadaan Allah
Allah ada dibelakang Matahari ( Wahyu 17:2,Mat 13:43,
17:2 )
2.4. Pribadi Allah
Siapakah dibelakang Allah, Alfa dan Omega ( Yang Awal dan Yang Akhir Wahyu 1:8;21:6;22:13 )
BAB III
DOGMA TENTANG MANUSIA
3.1. Asal usul manusia
a. Tanah Liat Kejadian 2:7
b. Nafas Allah Kejadian 2:7
3.2. Tujuan manusia dijadikan
a. Makluk Menyembah Kejadian 2:7, Yoh 4:23
b. Beranak cucu ( berkembang biak ) Kejadian 1: 28
3.3. Otoritas manusia
a. Taklukkan bumi ( kuasa atas bumi )
b. Mengelola bumi ( hasil/pekerjaan )
3.4. Akhir hidup manusia
a. Tempat yang pertama ---- Hades ( Suasana / pintu Neraka )
b. Tempat yang kedua ----- Firdaus ( Suasana / pintu Surga )
• Bagi orang yang percaya disimpan di Firdaus
• Bagi orang yang tidak percaya disimpan di Hades
Bagi orang-orang yang meninggal ( tidak percaya ) Sebelum berusia 80 tahun ketika ia meninggal maka rohnya bergentayangan / melayang – layang menjadi hantu ( setelah mencapai 80 tahun baru masuk Hades ).
Bagi orang-orang yang percaya dalam Tuhan
Setelah ia meninggal ia disimpan di Firdaus menjadi penyembah.
BAB IV
DOGMA TENTANG DOSA
4.1. Asal-usul dosa
a. Sorga ------ Lusifer ( menyombongkan diri ) Yesaya 14:12-17,Yehezkiel 28:12-19
b.Eden ------- Adam ( putus komunikasi ) Kej 3:1-20
4.2. Akibat dosa
a. Kehilangan gambar Allah Roma 3:23
b. Menderita Roma 6:23
c. Kematian Roma 7:13
4.3. Dosa yang membawa maut I Yohanes 5:16
Dosa yang tidak bisa diampuni Matius 12:31
Murtad Ibrani 6:4-7
Putus hubungan / Kontarak dengan Tuhan Kejadian 3:23
4.4. Dosa yang tidak membawa maut
• Adalah kealpaan / lalai I Yoh 5:16-17
BAB V
DOGMA TENTANG KESELAMATAN
5.1 Mengapa harus ada keselamatan
Kapan keselamatan itu dimulai, keselamatan itu dimulai dari taman Eden ( sejak manusia jatuh kedalam dosa ),maka Allah mulai merancang .
Manusia jatuh kedalam dosa bukan Bapa yang merancang tetapi itu merupakan kehendak manusia itu sendiri, manusia memiliki kebebasan di dalam memilih
• Roma 3:23
• Kejadian 3:1- 6
• Matius 7:13-14
• Yos 24:15
• Maz 119:30
• Luk 10:41 – 42
5.2 Tujuan keselamatan
Supaya manusia tidak menjadi milik dunia tetapi menjadi milik Kristus.
• Mazmur 74 :2
• I Korintus 3:23
• Yohanes 17:9
Keselamatan bahasa Yunani Soter yang mempunyai arti :
• Ditebus
• Direbut/dirampas
• Dibayar lunas( dari dunia )
5.3 Keselamatan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Lama
5.3.1 Perjanjian Lama dilakukan melalui 3 cara :
1. Korban – korban binatang
2. Korban api-apian
3. Korban sulung
Cataan ; Semua jenis korban diserahkan diatas Mezbah melalaui pentabisan para Imam.
5.3.2 Keselamatan dalam Perjanjian Baru
Keselamatan dalam Perjanjian Baru Hanya oleh karena Kasih Karunia Allah Efesus 2:8-9 ;Yohanes 15:16
Jadi kita di selamatkan oleh karena :
Hanya oleh karena AnugerahNya ( Sola Gracia ) Efesus 2:8
Hanya oleh karena Iman ( Sola Fide ) Roma 10:17
Hanya oleh karena Firman Tuhan ( Sola Scriptura ) Roma 1:16-17
Demikianlah dikatakan oleh Tokoh Gereja Marthin Luther.
5.4 Keselamatam menurut beberapa pandangan agama
5.4.1 Hindu
Keselamatan menurut pandangan Hindu adalah ; Melalui kasta-kasta ( Brama,Siwa, Krisna, Wisnu )
5.4.2 Budha
Keselamatan menurut pandangan Budha terjadi melalui para Budha ( orang-orang Kudus ) yang mengalami Re inkarnasi
5.4.3 Islam
Keselamatan menurut pandangan Islam dapat terjadi/dilakukan melalau :
• Mustaqin ( Jalan Allah/Jalan Lurus )
• Amal Bakti
• Rukun Islam ( Ada Lima rukun Islam )
5.4.4 Kepercayaan/Kebatinan
Keselamatan menurut pandangan Kepercayaan/kebatinan melalui kepercayaan kepada diri sendiri ( Mentuhankan dirinya sendiri )dengan cara ;menyucikan diri,semedi atau dengan berpuasa .
5.4.5 Kon Hu Chu
Keselamatan menurut pandangan Kon Hu Chu dapat terjadi melalui perbuatan baik
5.4.6 Katolik
Keselamatan menurut pandangan Katolik melalui :
Penghormatan kepdan Perawan Maria
Moral Manusia
Perayaan Yesus Kristus
5.4.7 Kristen
Ada beberapa pandangan di dalam Kristen mengenai keselamatan :
1. Kaum Liberalisme dan Modernisme
Keselamatan menurut pandangan Kaum Liberalisme dan Modernisme ;Terjadi secara natural dan bukan karena Kasih Karunia dan itu terjadi karena dikerjakan melalui pribadi-pribadi yang suci,saleh dan jujur berdasarkan apa yang kita yakin menurut agama masing-masing.
2. Kaum Kalvinisme dan Lutheran
Keselamatan menurut pandangan Kaum Kalvinisme dan Lutheran ;
• Keselamatan dapat terjadi karena ada usaha yang dikerjakan oleh manusia.
• Keselamatan dapat terjadi karena kedaulatan Allah tanpa campur tangan Manusia .
3. Kaum Pantekosta/Kharismatik
Keselamatan menurut pandangan Kaum Pantekosta/Kharismatik;Keselamatan ddapat terjadi karena karena Kasih Karunia Allah semata-mata dan bukan hasil usaha manusia ( Efesus 2:8-9;Yohanes 15 :16 )
BAB VI
DOGMA TENTANG ALKITAB
6.1 Kaum Liberalisme dan Modernisme
Alkitab menurut pandangan Kaum Liberalisme dan Modernisme ; “ Alkitab adalah sejarah suci ”.
6.2 Kaum Kalvinisme dan Lutheran
Alkitab menurut pandangan Kaum Kalvinisme dan Lutheran adalah ; “ Alkitab adalah kesaksian Firman Allah “ .
6.3 Kaum Injili
Alkitab menurut pandangan Kaum Injili adalah ; “ Alkitab mengandung Firman Allah “.
6.4 Kaum Karismatik dan Pantekosta
Alkitan menurut pandangan kaum Karismatik dan Pantekosta adalah ; “ Alkitab addalah Firman Allah “ .
BAB VII
DOGMA TENTANG GEREJA
7.1 Dasar Gereja
Dasar Gereja ada tiga:
• Pewahyuan
• Darah Yesus
• Pengajaran Rsul-Rasul
7.2 Atribut Gereja
Atribut gereja adalah :
• Gereja Am
• Gereja Kudus
• Gereja Penganten Kristus
7.3 Bentuk Gereja
Bentuk Gereja adalah :
• Episkopal = Gereja yang memiliki sentralisasi ( dunia ) atau pemimpin dunia
• Kongresional = Gereja yang dihasilkan berdasarkan musyawarah
• Sinodal = Gereja yang memiliki pemimpin di daerah-daerah atau cabang-cabang ( dibagi per wilayah,tiap-tiap wilayah ada pemimpin )
7.4 Sakramen Gereja
Sakramen ialah : Sesuatu yang Kudus, suci, sesuatu yang di upacara
Sakramen Gereja terdiri dari :
• Sakramen Pernikahan
• Sakramen Perjamuan Kudus
• Sakramen Penyerahan Anak
• Sakramen Kematian
• Sakramen Pembasuhan kaki
• Sakramen Kelahiran
BAB VIII
KESIMPULAN
Dengan memepelejari Dogmatika Kristen dengan benar menurut apa yang Alkitab ajarkan kepada kita maka ada dua hal yang yang perlu kita perhatikan
Yang pertama Kita bukanlah orang yang diombang ambingkan ketika ada ajaran ajaran lain yang datang kepada kita, sepeerti apa yang dikatakan didalam Alkitab Efesus 4:14 “sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan “
Hal yang kedua supaya kita dapat mempertanggung jawabkan apa yang kita yakini serta mampu menjawab kepada orang lain ketika mereka bertanya kepada kita tentang apa yang kita yakini,Seperti apa yang Alkitab katakan kepada kita didalam I Petrus 3:15 ” Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat”
BAB I
SILABUS DAN STANDAR NILAI
1.1 Standar Konpentensi
Standar kompetensi dari belajar Oikumene adalah :
• Agar mahasiswa mampu membangun kerja sama dengan Gereja – Gereja ( Lintas Denominasi )
• Agar Mahasiswa mampu membangun kerja sama dengan Lintas agama yang ada di Indonesia
• Agar Mahasiswa mampu bekerja saama dengan pemerintah
1.2 Konpetensi dasar
• Mahasiswa mampu menjelaskan latar belakang Oikumene
• Mahasiswa mampu menggali gerakan Oikumene
• Mahasiswa mampu menjelaskan ruang lingkup dan tujuan gerakan Oikumene
• Mahasiswa mampu terlibat dalam kegiatan kegiatan Oikumene
Agar mahasiswa mampu membuat bagan dan AD/ART organisasi
1.3 Standar nilai
Standar Nilai Kelulusan Mahasiswa
K.A
Interaktif
Presentasi Kuis,
Tugas/Paper
UTS/UAS Nilai Akumulatif
BAB II
LATR BELAKANG OIKUMENE
2.1 Pengertian Oikumene
Oikumene merupakan usaha orang-orang Kristen dan gereja yang berbeda-beda untuk mewujudkan kesatuan gereja yang Esa. Salah satu ciri ajaran Kristen adalah konsep “satu tubuh” di dalam Yesus Kristus. Tujuan P.I yang sebenarnya adalah untuk mendirikan sebanyak mungkin gereja Kristus, dan lembaga Kristen. Jika masing masing gereja dan lembaga Kristen berbeda beda dalam hal organisasi dan pandangan teologianya, maka sulit untuk mewujudkan Amanat Agung Tuhan.
Walaupun Alkitab mengajarkan umat Tuhan untuk bersatu dan gereja merupakan sesuatu yang mencerminkan kesatuan itu, namun pada kenyataannya pada jaman ini hal itu tidak terwujud bahkan semakin hari selalu timbul beberapa perpecahan dan ketidak harmonisan di antara gereja. Jika ditinjau dari tujuan dan makna oikumene yang sebenarnya, maka hal itu jelas menunjukkan bahwa umat Tuhan masa kini semakin jauh dari arti dan makna oikumene yang sebenarnya. Oleh sebab itu konsep oikumene yang sebenarnya perlu dipegang oleh semua umat Kristen di dunia ini.
Pada waktu gereja mula mula berusaha mewujudkan kesatuan gereja, tanda serta rumusan dalam berbagai macam pernyataan untuk menjadikan satu telah nampak, akan tetapi makna dan tujuan tersebut semakin tidak berarti setelah memasuki abad ke -19 yaitu setelah terjadi suatu perbedaan pandangan teologia khusus dalam bidang ‘ekklesiologi’. Faktor tersebut mempengaruhi bidang penginjilan, terutama hal menyangkut Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus.
Sebenarnya pengertian oikumene tidak berhubungan dengan sifat organisasi gereja, melainkan berhubungan dengan sifat yang abstrak (spiritual) dalam gereja. Akan tetapi pada jaman sekarang pengertian ini lebih bersifat organisasi, khususnya di bidang penginjilan atau kerjasama antar gereja, konsep oikumene ini dianggap sangat penting bagi gereja gereja dan lembaga lembaga Kristen untuk mengabarkan Injil.
2.2 Pengertian Istilah Oikumene ‘
Oikumene ( ) menurut arti harfiah bahasa Yunani berarti dunia yang didiami atau mendiami dunia yang sama, atau mendiami dunia yang satu, adapun oikumene terdiri dari dua suku kata (bahasa Yunani) : oikos = dunia/bumi/daerah dan menein = mendiami/menempati/tinggal. Rincian secara arti geografis yaitu dunia yang didiami (Roma 10:18 ; Ibr 1:6) juga dapat berarti seluruh umat manusia (Kis 17:31; 19:27 ; Wah 12:9). Rincian secara politis yaitu “kekaisaran Romawi” (Kis 24:5) dan semua penduduknya (Kis 17:6). Istilah oikumene telah dipakai 15 kali dalam PB. Istilah oikumene juga digunakan di konsili gereja dalam rangka untuk memecahkan masalah ketika terjadi perdebatan gereja akibat adanya masalah doktrin gereja yang terjadi sejak gereja mula mula.
2.3 Makna Oikumene Menurut Alkitab
2.3.1 Kesatuan yang benar
- Yohanes 11:52 “Yesus Kristus telah mati untuk mengumpulkan anak –anak Allah yang tersebar
- Yohanes 17:21 “ Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.
- Efesus 2:14,16 Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu.
- Efesus 4:3 “ Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera”
2.3.2 Kesatuan secara Spritual
Konsep adanya gereja pada zaman ini lebih cenderung pada sifat organisasi bukan Spritual, gerakan Oikumene yang dimulai dengan tujuan dan konsep satu tubuh dalam Kristus sudah menjadi suatu konsep sekuler, hal itu terbukti dengan adanya perpecahan gereja dan lembaga Kriten dalam gerakan Oikumene.
Dahulu tujuan dan makna Oikumene sangat murni dan mewujudkan berita Tuhan Yesus Kristus yaitu Amanat Agung, namun sekarang justru timbul banyak organisasi gereja dan lembaga dari gerakan Oikumene tersebut karena setiap organisasi gereja dan tokoh – tokoh yang memimpin gerakan ini saling berbeda dalam hal pandangan Theologianya. Hal inilah yang menimbulkan banyak lembaga dan denominasi gereja yang saling bertantangan satu sama lain, Jadi sekarang ini istilah ‘ Oikumene’ berubah menjadi suatu organisasi.
2.3.3 Konsep gereja yang benar
I Korintus 12:13,27;Efesus 1:22-23 ‘ Gereja dibangun oleh Kristus dan orang-orang tebusannya dibawah Perjanjian Baru, mereka telah menjadi anggota dari tubuhNya melalui Baptisan Roh Kudus ‘.
Yohanes 3:3-10 Mengatakan bahwa orang yang lahir baru menjadi bagian dari Tubuh Kristus yaitu Gereja.Gereja harus terdiri dari orang-orang yang sungguh lahir baru. Organisasi dunia tidak menuntut pertobatan dan lahir baru, namun Gereja Tuhan menuntut lahir baru. Nikodemus yang belum mengalami kelahiran baru tidak bisa menjadi anggota Tubuh Yesus Kristus .
BAB III
IMAJENASI OIKUMENE
Dunia yang satu didiami oleh kita bersama
BAB IV
SEJARAH GERAKAN OIKUMENE
4.1 Oikumene dalam sejarah Gereja mula-mula
Karana kesatuan merupakan hakekat gereja, maka sejak zaman gereja mula-mulapun sudah ada usaha-usaha dari gereja untuk mempersatukan gereja Tuhan supaya dapat saling kerja sama. Sikap ini telah nampak dalam pengakuan Iman Rasuli ( I Belive in The Holy Catholic Church ) “ Aku percaya kepada Roh Kudus, Gereja yang Kudus dan Am “ Penyataan Konsili Nicea juga menekankan ‘ kesatuan ‘ kekudusan dan universal gereja ( Credo Unam sanctam Catholican ) Ecclesian ). Akan tetapi kesatuan Gereja tetap tidak terwujud
Dari segi Doktrin Gereja hamper menjadi satu, namun Kerajaan romawi terlalu luas untuk dapat mewujudkan kerja sama antar gereja.Khususnya antar Roma dan Konstantinopel sering terjadi perselisihan untuk saling ambil alih diantara mereka.
Akhirnya pihak gereja Roma dan Konstantinopel berpisah pada zaman pertengahan. Pada tahun 1054 Roma Katholik dan Gerek Ortodox saling menuduh dan menghakimi sebagai aliran sesat.
4.2 Oikumene dalam sejarah Reformasi Gereja
Gerakan Oikumene perlu dibedakan dengan beberapa motivasi:
1. Supaya kesatuan Gerreja tetap terpelihara karena kesatuan adalah hakekat Gereja.
2. Untuk menekankan supaya gereja tidak mengalami perpecahan karena perbedaan liturgy dan doktrin gereja
3. Supaya kerja sama antar gereja mampu menghadapi ajaran ajaran sesat secara efektif.
Calvin ; pernah berusaha menjadi satu dengan kelompok Marthin Luther, namun saying gagal. Kelompok Marthin Luther juga pernah berupaya untuk menjadi satu dengan kelompok Zwingli, namun juga gagal karena perbedaan pendapat mengenai perjamuan Kudus. Seorang Teolog di Jerman yan bernama G.W Locher berkata bahwa Calvin adalah seorang pemikir Oikumene dan Organizer Oikumene. Dalam berbagai upaya untuk mempersatukan gereja nampak dengan jelas tokoh-tokoh gereja reformasi.
Dalam surat Calvin kepada Vilingger dikatakan bahwa ‘ apakah itu untuk memperhatikan supaya kita saling menjalankan hubungan darah…. Soal mewujudkan kesatuan gereja bukan hanya soal gereja kita saja tetapi soal seluruh agama Protestan…. Supaya kita yang menyampaikan Firman Tuhan mempunyai satu tujuan dalam iman, maka harus meneruskan kesaatuan dan persahabatan dengan semua Pendeta…. Saya akan berusaha dengan semaksimal mungkin untuk mewujudkan tujuan ini.’
Setelah terjadi reformasi gereja, pihak Protestan memperoleh kebebasan iman dari gereja Katholik. Namun di pihak Protestan justru terjadi perpecahan yang serius.Pada waktu reformasi gereja Marthin Luther adalah tokoh reformasi yang membakar gerakan reformasi gereja, selain dia ada juga kelompok dan tokoh-tokoh reformasi yang muncul dengan memegang pandangan Teologi masing-masing terhadap gereja Katholik. Namaun dalam pandangan doktrin mereka, dasar tuntutan terhadap pihak Katholik saling berbeda. Hal ini menimbulkan perpecahan antar pihak Protestan.
Sesudah itu dalam setipa periode gereja ada usaha-usaha untuk mempersatukan gereja namun tidak berhasil. Akibat dari perpecahan tersebut di pihak Protestan timbul banyak aliran dan denominasi gereja. Negara Jerman dan Scandinavia menjadi negara yang mengikuti aliran gereja Calvinisme dan England menjadi negara Anglikan.
Selain dari negara-negara tersebut hamper semua negara menjadi negara Katholik . Dan Gereja Orthodox yang dipisahkan dari gereja Katholik pada tahun 1054 menguasai Yunani dan Rusia. Bukan hanya itu saja tetapi juga timbul banyak denominasi gereja yang kecil dan besar serta aliran-alairan lain misalnya aliran Anna Baptis. Sejak awal abad 19, jarang ada lagi usaha-usaha untuk mempersatuka Gereja. Namun pada abad 19 usaha-usaha untuk mempersatukan mulai nampak dengan berbagai bentuk.
4.3 Proses Oikumene Pada Zaman Modern
Pada awal abad 19, di Amerika Serikat bany ak gereja dan denominasi gereja mulai menjalin kerja sama khususnya dalam bidang penginjilan. Misalnya mengadakan KKR, membagikan beberapa Alkitab ( Gidion ), mengadakan penginjilan di penjara serta penginjilan melalui sedekah ( dana kasih ). Semua kegiatan ini ‘ dimulai dari kaum awam ‘. Pada umumnya kaum awam tidak begitu peka dan peduli soal denominasi gereja jika dibandingkan dengan para Pendeta .Tujuan mereka adalah bekerja sama dalam Yesus Kristus dan percaya bahwa itulah cara terbaik. Gerakan ini tersebar pada lingkungan imam.
Sesudah itu terjadilah suatu gerakan kesatuan gereja di Amerika yaitu Evangelical Aliance. Organisasi terdiri dari 50 denominasi gereja di England dan Amerika. Tujuannya adalah untuk bekerja sama dalam bidang Penginjilan,Pendidikan dan kebebasan daalam iman. Dalam hal kerja sama semua pihak saling tidak mempersalahkan doktrin dan struktur politik mereka, tetapi hanya memperhatikan tujuannya dan melaksanakan kegiatan penginjilan, dan pendidikan serta saling menukarkan tenaga kerja gereja
Catatan :
Federal Council of Churches
Pada tahun 1908 ada 31 denominasi geeja Amerika membentuk” Federal Council Of churches “.
National Council Of Christ
Paada Tahun 1950 berdiri sebuah organisasi gereja yang lebih besar.
Organisasi tersebut terdiri dari berbagai negara. Semakin lama organisasi tersebut menjadi semakin besar dan menyeluruh di dunia. Organisasi itu dinamakan WCC ( World Council Church ) atau dewan gereja Se – Dunia.
4.4 Proses Perkembangan Oikumene Sejak Abad 19
( Faktor Teologi yang mengubah tujuan dan makna Oikumene WCC )
Seperti telah dikatakan bahwa tujuan Oikumene adalah mewujudkan kesatuan uamat Tuhan dalan segala bidang. Untuk tujuan itu sejak awal abad 20 terjadi konferensi untuk gerakan Oikumene. Namu sesudah perang dunia ke 1, dunia mulai berubah. Sejak abad 19 industri dunia sangat berkembang dalan hal ini meyakinkan dunia bahwa perkembangan kemajuan teknologi dan industri merupakan harapan satu-satunya yang membawa umat manusia ke era zaman kemakmuran.Akan tetapi harapan ini melayang setelah menihat perkembangan industri dan teknologi justu menghancurkan dunia melalui perang dunia ( ada bom atom,bom bunuh diri dll ).Oleh karena itu dunia mulai menyadari bahwa kesejahteraan manusia bukan dari kemajuan teknologi dan industri, tetapi merupakan kemajuan Spritual ( Jiwa ).
Peranan dan esensi ajaaran Alkitab yang sudah pernah tersingkir oleh kemajuan dan perkembangan industri serta teknologi yang meyebabkan manusia cenderung meletakkan harapan atas factor tersebut mulai berperan. Namun selama dunia melewati dua perang dunia yang memakan banyak korban,teologi dan konsep penginjilan yang berfokus pada keselamatan seorang pribadi mulai mengalami perubahan karena kemunculan teologi liberal
Oleh karena itu tujuan dan konsep Oikumene yang sebenarnya mengalami kekacauan karena ada teologi-teologi yang liberal dalam setiap konferensi Oikumene. Dan akhirnya arti istilah Oikumene adalah kesatuan yang dikehendaki oleh Tuhan yang mencerminkan kaun teologi liberal sampai pada masa kini. Jadi istilah Oikumene di sini lebih cenderung pada kaum liberal dan istilah Loussane nampak sebagai kaum Injili
Catatan kegiatan Konferensi WCC ( Dewan Gereja Se-Dunia )
1. Konferensi Edinberg ( 1910 )
Topik :
• Pembahasan tentang strategi penginjilan
• Penyataan terhadap wibawa Alkitab dan Kristus
• Ohn Motto yang berperan mengadakan Konferensi tersebut
2. Konferensi Yerusalem ( 1928 )
Topik dan latar belakang
• Perang dunia ( 1914 – 1918 )
• Revolusi Rusia ( 1917 )
• Pengaruh Teologi Liberal muncul; Hocking ( 1932 )
• Pengaruh Teologi Karl Barth (1932 )
• Konsep Indigenization muncul
3. Konferensi Madras ( 1938 )
Topik ( Perdebatan Teologi Hocking dan Kraemer )
• Hocking : Dalam budaya dan agama lain ada unsur keselamatan .Oleh karena itu semua usaha untuk mengubah agama mereka harus terhenti . Penginjilan agama Kristen hanya dilaksanakan melalui pelayanan dengan tidak mmenghancurkan nilai-nilai yang ada dalam agama lain.
• Kreamer : Kembali ke wibawa Alkitab. Tidak bisa menerima unsure sikristisme agama lain. Seluruh wahyu hanya terwujud dalam Kristus ( namun Kreamer adalah Barthnist maka teologi Barth dan new teologi menyusup ke bidang penginjilan )
• Unsur Eskatologi : Penginjilan merupakan suatu usaha persiapan akhir zaman
4. Konferensi Whitby ( 1947 )
Topik :
• Pengaruh teologi Boltman
• Pengarun teologi Hoekendaijk
( Esensi gereja dilihat hanya sebagai alat penginjilan.Menyangkal perlu adanya gereja sistematis dan organic.Telogi Apostolos beerubah menjadi Theology Of the World. Teologi Shalom : Tujuan PI adalah humanisme/kemanusian ()
5. Konferensi Wellingen ( 1952 )
Topik :
• Kewajiban gereja dari segi PI
• PI Lebih diutamakan dari pada esensi gereja ( Hoekendijk )
• Teologi Apostol . PI merupakan bagian jantung gereja
• Hakekat gereja adalah kerykma / mendidik ; koinonia / bersekutu ; diakonia / melayani
• Kosep Misio Dei ( PI . Allah )
6. Koferensi Ghana ( 1958 )
Topik :
• Integrasi WCC dan IMC ( Dewan P.I Internasional )
• Konsep Indigenezation diganti dengan Kontekstualisasi
7. Konferensi New Delhi ( 1961 )
Topik :
• Perubahan istilah konsep P.I menjadi dialog
• Usaha untuk berdialog dengan agama lain
• Cosmic Christ ( Di dalam seluruh agama ada unsure Mesias )
• Pengakuan terhadap agama lain
8. Konferensi Bangkok ( 1973 )
Topik :
• Today’s Salvation ( Hari Keselamatan
• Perhatian social
• Spritual yang sejati dituntut kehadiran social
• Manusia dibebaskan dari ketidak manusiaan ( Philp Potter )
• Hubungan antar umat Allah dan keadilan social saling berkaitan ( Bosch )
9. Konferensi Nairobi (1975 )
Topik :
• Menghapus konsep perbedaan kehadiran social dan Injil
• P.I adalah mengubah struktur social dan politik
• Teologi pembebasan diganti dengan Teologi Shalom / Humanization
• Menyuplai dana P.I WCC kepada gerilyawan yang berjuang untuk hak-hak asasi manusia
10. Konferensi Melbourne (1980 )
Topik :
• Kerajaan Allah – Sikap gereja terhadap kaum miskin
• Usaha yang mengikat P.I gereja dan P.I dunia
11. Konferensi Vancouver (1983 )
Topik :
• Tema “ Jesus Christ – The life of World “
• Tema P.I sedang lemah
BAB V
RUANG LINGKUP DAN TUJUAN AWAL GERAKAN OIKUMENE
Gerekan Oikumene bukan berasal dari satu akar saja, tetapi dari beberapa bidang tujuan dan aliran yang saling berkumpul antara lain :
5.1 Bidang Penginjilan
Bertujuan untuk bertindak agar bisa menjaga penginjilan yang efektif dari pemborosan dana, tenaga, persaingan yang tidak sehat antar gereja.Pada awal tahun 1854 di London diadakan konsili penginjilan sedunia. Sejak itu lalu ada beberapa konsili sedunia
5.2 Bidang Pendidikan
Student Volunteer Movement ( SVM ) : Gerakan ini dimulai oleh John Mott pada tahun 1886 dibawah pengaruh D.L Moody pada tahun 1895 dibawah pimpinan John Mott gerakan ini menjadi satu ‘ Lembaga Mahasiswa Kristen Internasional ‘ di Swedia dengan istilah SVM. Kemudian SVM ini membimbing gerakan mahasiswa Kristen di negara lain dan sesudah itu SVM menjadi satu pusat pendidikan yang menghasilkan calon-calaon pemimpin yang akhirnya menjadi pemimpin gerakan Oikumene.
World Christian Education ( WCE ) : Gerakan ini dimulai pada tahun 1889.
Kemudian menjadi lembaga sekolah Minggu Se-dunia sesudah itu lembaga ini membuat banyak negara mendirikan lembaga pendidikan interdenominasi gereja.
Akhirnya padda tahun 1950 gerakan ini dinamakan sebagai ‘ Pendidikan Kristen dan sekolah Minggu Konsili Internasional ‘ . Gerakan ini memungkinkan kaum pemuda-pemudi dididik melalui pendidikan Kristen dengan tehnik yang bagus dan sistematis.
5.3 Bidang Pelayanan Muda –Mudi
Kemudian langkah-langkah di atas tadi yang menjadi acuan dan percontohan macam-macam gerakan termasuk di Indonesia, contoh : Mendirikan lembaga pendidikan Kristen ( ada UKI, Petra, Duta Wacana, Satya Wacana, STT, dll ), juga dibentuk macam-macam organisasi mahasiswa Kristen ( GAMKI, IMKI, PIKI, dll ).
Selanjutnya menurut penulis, gerakan pemuda-pemudi gereja di Indonesia harus ada pertukaran pelayanan pemuda-pemudi di masing-masing gereja atau persekutuan yang mandiri di luar gereja,atau ada departemen olahraga yang nantinya bisa mengadakan kompetisi olahraga pemuda-pemudi gereja secara Oikumene, sebab dengan cara ini akan lebih efektif dan juga memuluskan antara pemuda-pemudi nantinya bisa mendapatkan pasangan hidup, sebab diakui atau tidak masalah perjodohan ini juga menjadi pergumulan pemimpin gereja masa kini.
5.4 Bidang Pelayanan Kesehatan
Gereja Baptis adalah merupakan contoh gerakan pelayanan kesehatan dunia, hampit ditiap kota besar dunia termasuk di Indonesia sudah berdiri banyak ruamah sakit/Bala Keselamatan, yang didirikan sebagai bentuk pelayanan dan sarana kesaaksian dan visi-misinya dalam ikut meyampaikan Kabar baik Injil Yesus Kristus. Dan model ini juga banyak dilakukan gereja-gereja di Indonesia, contoh GKJW di tiap-tiap kota besar di Jawa Timur sudah lama mendirikan Rumah Sakit, dan juga tentunya gereja-gereja yang lain, ini satu bukti gerakan Oikumene di berbagai lingkup bidang.
BAB VI
KEGIATAN OIKUMENE
6.1 Bidang Organisasi Lintas Denominasi Gereja
Gereja yang hidup adalah gereja yang efektif dan terbuka, banyak gereja yang merasa puas, karena secara kuantitas/ jumlah jemaatnya yang banyak lalu pemimpin gereja tersebut merasa dirinya berhasil, lalu tidak mau / gengsi melakukan kegiatan yang sifatnya keluar dan ini sudah menjadi trend gereja masa kini . Mestinya walaupun jemaatnya banyak tapi tetap harus merasa miskin, sebab pada hakekatnya jemaat-jemaat itu adalah jemaatNya Tuhan Yesus sendiri, yang sementara ini telah dipercayakan kepada hamba Tuhan / Pendeta tersebut. Sebab banyak kasus pemikiran arogan tersebut bisa jadi boomerang, sebab lambat laun jemaat yang baanyak itu bisa berkurang dan akhirnya habis. Karena apa ? Karena sepandai pandai tupai melompat mesti jatuh juga, artinya hidup ini tiap saat pasti berubah, apa yang kita anggap baik hari kemarin, bisa jelek atau kurang baik pada hari esok ( dalam konteks pengetahuan developing organization & Leadership ).
Untuk itu ini suatu warning/peringatan bagi para Pendeta yang masih kecil dan mau menjadi besar dalam arti kuantitas / jemaatnya ke depan, hati-hati jemaat tersebut miliknya Tuhan Yesus sendiri yang dipercayakan kepada hamba Tuhan / Pendeta. Intinya besar atau kecil jumlah jemaat, maka harus mau membangun Oikumene di wilaya masing-masing, dan jadikan organisasi lintas denominasi gereja ini adalah suatu gerakan visi misi untuk membangun Tubuh Kristus di tengah-tengah gereja masa kini.
Buatlah organisasi oikumene lintas denominasi lintas gereja di wilayah saudara, dan jadilah pionir / orang terdepan untuk memulai kegiatan itu, bisa pakai nama BAMAG, BKAG, BKSAG dll.
6.2 Bidang Kerja Sama antar Agama-Agama Lain
Banyak pemimpin agama-agama yang beranggapan, tidak penting menjalin kerja sama atau membangun hubungan dengan yang tidak seagama, maka mudalah timbul interpretasi di masing-masing pemimpin agama yang negative untuk memberikan penilaian kepada agama lain. Penulis menganalisa penyebab keengganan membangun kerja sama / silaturami ada beberapa kemungkinan :
• Merasa kikuk / ewoh pakewuh
• Merasa tidak pantas karena tidak sejalan
• Merasa dirinya kecil / minoritas lalu minder untuk memulai
• Merasa takut untuk ditolak karena ada ;erbedaan
• Yang besar merasa dirinya power full jadi tidak penting
• Dan alasan-alasan teologis masing-masing agama
Apabila ada alasan seperti di atas itu manusiawi, sebab di setiap kelompok dan individu pasti memiliki sensitifitas masing-masing. Tapi kalau kita mau menyimak inti pokok pengertian dan makna pokok Oikumene ( Oikos = dunia/ bimi dan Menein = mendiami/menempati bersama-sama ), maka tidak ada alasan utnutk menciptakan sekat dalam kehidupan yang fana ini. “ Oikumene universal “ Sekali lagi dunia / bumi yang satu ini memang harus didiami oleh makhluk Tuhan secara bersama-sama tanpa ada pengkotak-kotak, siapa yang merasa dewasa pengetahuan dan wawasannya dalam mengartikan hidup ini, maka dialah yang harus memulai dan mengambil peran, dan percayalah dalam membangun kerjasama memang ada hambatan dan penolakan, tapi itu tidak semua pasti di sekian tokoh agama / ulama masih ada yang berpikiran moderat lebih-lebih yang ilmu sejarah agamanya dalam. ( ada contoh hubungan yang baik di Kabupaten Pasuruan – Jawa Timur )
6.3 Bidang kerja Sama Dengan Pemerintah
Di dasari dengan himbauan pemerintah pusat yaitu Tri kerukunan :
1. Rukun dengan interen agama
2. Rukun dengan agama-agama lain
3. Rukun masyarakat agama dengan pemerintah
Dengan modal modal himbauan Tri kerukunan tersebut, maka para pemimpin gereja harus ambil inisiatif untuk membangun hubungan yang harmonis dengan siapapun makhluk di dunia ini.Terlebih dengan pemerintah,sebab ada tertulis di Roma 13:1-2 ( “ Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah , yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada,ditetapkan oleh Allah. Sebab itu barangsiapa yang melawan pemerintah,ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman-hukuman atas dirinya” ) Artinya dalam gerakan kegiatan Oikumene bisa menjadi wadah / institusi perwakilan gereja-gereja anggota untuk menjalin dan menjembatangihubungan / silatirami dengan pemerintah. Di daerah kabupaten Pasuruan Jawa Timur ada contoh positif. Di dalam menjalankan roda organisasi / Oikumene gereja banyak mendatangkan keuntungan baik secara fisik maupun non fisik. Contoh fisik dianggarkan pembelian mobil Carry untuk operasional, mobil jenazah khusus warga Kristiani, dan perluasan tanah makam khusus Kristiani, dan dana rutin tiap tahun untuk memperingati hari Natal dan Paskah sec ra Oikumene / gabungan se Kabupaten . Dan contoh-contoh non fisik,keakrapan antara pengurun Oikumene dengan jajaran Penda ( Bupati,Wabup dan Staf ) dan ini buktinya kehadirannya manakala di undang perayaan Natal dan Paskah . Untuk itu sekali lagi ada dua dasar dalam melakukan Oikumene , pertama : Roma 13:1-2 dan yang kedua semangat institusi Oikumene, sebab goal / target dari kegiatan Oikumene adalah mahasiswa mampu membangun kerjasama secara lintas denominasi gereja dan dengan pihak ekstern 9 agama-agama lain dan pemerintah setempat )
BAB VII
SEJARAH GERAKAN OIKUMENE DI INDONESIA ( DGI )
Dewan Gereja-Gereja Di – Indonesia
Salah satu bentuk gerakan Oikumene di Indonesia adalah hadirnya DGI di tengah-tengah gereja yang mejemuk ( beraneka ragam denominasi ) . Gagasan dassar pembentukan DGI di dorong oleh motivasi teologis bahwa “ perlu dilakukan musyawarah dan koordinasi dari gereja-gereja melalaui suatu dewan yang dibentuk oleh gereja-gereja itu sendiri “ dan bahwa “ kesatuan gereja-gereja di Indonesia adlah suatu keharusan . “ Akhirnya pada tahun 1948 terbentuklah panitia perangcang persiapan DGI di Jakarta . Dalam sidangnya di bulan Nopember 1949 , panitia ini bermufakat bahwa DGI akan menjadi jembatan menuju kepada Keesaan gereja-gereja . Kesepakatan ini terbuka bagi penafsiran dan pemahaman bagaimana mencapai tujuan tersebut, tetapi tidak dalam arti ” Membentuk satu gereja super “ ( bandingkan degan dewan gereja-gereja sedunia )
Pada tanggal 25 Mey 1950 pukul 12.00 Wib di Jakarta sesuai dengan notulen , konferensi pembentukan DGI berhasil mendirikan DGI. Konferensi pembentukn DGI itu juga merupakan konferensi sekaligus Siding Raya I DGI . Tujuan DGI adalah untuk membentuk gereja Kristen yang Esa di Indonesia. Isi dan rumusan tentang usaha-usaha mencapai tujuan DGI tersebut cukup lama dipersoalkan dalam Sidang Raya DGI.
Nama DGI akhirnya berubah menjadi persekutuan gereja-gereja di Indonesia ( PGI ), pada tahun 1984 dalam keputusan Sidang Raya DGI – X di Ambon
7.1 Latar Belakang
Salah satu maksud pendirian DGI adalah dalaam rangka membentuk Gereja Kristen yang Esa di Indonesia. Hal ini di dorong oleh semakin meresapnya jiwa Oikumenis sebagai ungkapan dari pemahaman sikap Teologis baru, yakni: “ Bersama-sama selaku satu gereja menjalankan tugas missioner dan diakonat dari gereja yang Esa di Indonesia “.
Dalam buku “ Dua puluh lima tahun DGI “ , Dr. T. B. Simatupang menunjuk pada lima jenis pengaruh yang nyata dalam sejarah pembentukan DGI.
Kelima jenis pengaruh tersebut sebagai berikut :
a. Alkitab ( Yohanes 17:21 ) dan pengakuan Iman ( Kredo )
b. Nasionalisme di Indonesia dan pasca perang dunia II
c. Pengalaman pemuda Kristen dalam Christianity Student Vereniging ( CSV : Perhimpunan mahasiswa-mahasiswa Kristen ) dan pada sekolah Theologis Tinggi ( Sekarang Sekolah Tinggi Theologia ) di Jakarta
d. Pengalaman pada masa Jepang
e. Pengaruh gerakan Oikumenis di luar ( IMC, WSCF, DGD ) dan pengaruh para tokoh di kalangan pekabaran Injil .
7.2 Pembentukan DGI
Konferensi geeja-gereja di Indonesia,yang disebut konferensi persiapan pembentukan dewan gereja-gereja di Indonesia berlangsung pada tanggal 6- 13 Nopember 1949. Konferensi ini sangat penting karena merupakan persiapan gereja-gereja di Indonnesia memasuki zaman baru dalam sejarah bangsa dan sejarah gereja. Gereja-gereja yang hadir dalam konferensi tersebut menyatakan pengakuan bahwa perpisahan dan perpecahan berarti ketidaktaatan kepada kehendak Allah untuk menyatakan keesaan gereja selaku Tubuh Kristus.
Konferensi pembentukan DGI berlangsung di STT Jakarta, pada tanggal 21-28 Mei 1950 den Pada tanggal 21-28 Mei 1950 diadakan Konferensi Pembentukan Dewan Gereja-gereja di Indonesia, bertempat di Sekolah Theologia Tinggi (sekarang STT Jakarta). Yang hadir dalam konferensi tersebut adalah:
1. HKBP
2. Gereja Batak Karo Protestan
3. Geredja Methodis Sumatera
4. Banua Niha Keriso Protestan
5. Huria Kristen Indonesia
6. Geredja Dajak Evangelis
7. Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat
8. Gereja Protestan Indonesia
9. Geredja-geredja Gereformeerd
10. Geredja Pasundan
11. Patunggilan Pasamuan Kristen sekitar Muria
12. Geredja Kristen Djawa Tengah
13. Geredja Kristen Djawa Tengah Utara
14. Tionghoa Kie Tok Kauw Hwee/Khoe Hwee Djawa Barat
15. Gereja Kristus
16. Djakarta Chi Hui
17. Geredja Kristen Tionghoa Djawa Tengah
18. Tionghoa Kie Tok Kauw Hwee /Khoe Hwee Djawa Timur
19. Geredja Kristen Protestan Bali
20. Geredja Kristen Sumba
21Geredja Kristen Maluku
“Kami anggota-anggota Konferensi Pembentoekan Dewan Geredja-geredja di Indonesia, mengoemoemkan dengan ini, bahwa sekarang Dewan Geredja-geredja di Indonesia telah diperdirikan, sebagai tempat permoesjawaratan dan oesaha bersama dari Geredja-geredja di Indonesia, seperti termaktoeb dalam Anggaran Dasar Dewan Geredja-geredja di Indonesia, jang soedah ditetapkan oleh Sidang pada 25 Mei 1950.
Kami pertjaja, bahwa Dewan Geredja-Geredja di Indonesia adalah karoenia Allah bagi kami di Indonesia sebagai soeatoe tanda keesaan Kristen jang benar menoedjoe pada pembentoekan satoe Geredja di Indonesia menoeroet amanat Jesoes Kristoes, Toehan dan Kepala Geredja, kepada oematNja, oentoek kemoeliaan nama Toehan dalam doenia ini.”
7.3 Keunikan DGI
Bila disbanding dengan dewan Gerreja Nasional yang terdapat di negara-negara lain, DGI memiliki keunikan dan memiliki tujuan yang tegas dan jelas yakni: Pembentukan Gereja yang Esa di Indonesia. Dengan demikian keanggotaannya jelas hanya diperuntukkan bagi gereja saja,yang berarti tidak menerima organisasi maupun badan atau yayasan Kristen lain sebagai anggotanya.
Untuk mencapai tujuan tersebut para anggota DGI dapat melakukan musyawarah dan usaha bersama, bekerjasama. Keunikan itu didasarkan pada doa Tuhan Yesus supaya mereka menjadi satu , Supaya dunia percaya bahwa Engkalah yang mengutus Aku ( Yohanes 17:21 ).
7.4 Usaha-Usaha DGI
a. Meningkatkan kesadaran dan penghayatan warga jemaat untuk lebih
menempatkan persekutuan dalam kesatuan ( Efesus 4:3, dengan
mengadakan kebaktian dan perjamuan Kudus bersama )
b. Menigkatkan kebersamaan dalam pelayanan dan kesaksian ( Kisah Para Rasul 2:42 )
c. Meningkatkan rasa persaudaraan dan sikap tolong menolong ( Galatia 6:2 )
Usaha – usaha tersebut diatas dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-pokok tugas
bersama ( PTPB ), yang ditetapakan dalam setiap Sidang Raya untuk dilaksanakan
bersama-sama, dengan melihat seluruh Indonesia sebaggai wilayah pelayanan dan
kesaksian bersama.
7.5 Keanggotaan DGI
a. Gereja di Indonesia, yaitu gereja yang berkedudukan di Indonesia dan
mempunyai tata gereja sendiri
b. Mempunyai anggota dewasa yang sudah dibaptis/sidi sekurang-kuramgnya
2000 orang
c Menunjukkan kerjasama yang baik dengan gereja-gereja tetanganya
d. Menyatakan persetujuannya secara tertulis terhadap tata data dasar DGI serta kesediannya untuk melaksanakan semua hak dan kewajibannya sebagai gereja dengan sungguh-sungguh.
e. Mencantumkan keterangan Anggota PGI di belakang namanya
7.6 Hak Dan Kewajiban DGI
a. Kemandirian dan karunia masing-maasing anggota gereja dihormati
sepenuhnya dalam rangka persekutuan dan kekeluargaan di antara gereja-
gereja anggota
b. Gereja anggota bertanggung jawab terhadap keputusan-keputusan yang telah
disepakati bersama dan berkewajiban untuk melaksanakannya
c. Urusan dalam masing-masing gereja anggota hendaknya tidak dicampuri
oleh siapapun juga yaitu campur tangan dari pihak lain di luar kemauan
gereja anggota yang bersangkutan.
d. Gereja-gereja anggota membuka diri untuk menerima pelayanan dari alat-alat kelengkapan PGI dan dari gereja-gerreja anggota lain
e. Gereja-gereja menempatkan pelaksanaan tugas panggilannya dalam rangka pelaksanaan PTPB.
f. Gereja anggota pemahaman bersama Iman Kristen ( PBIK ) di Indonesia dan melaaksanakan Pagam Saling Mengakui dan saling Menerima ( PSMSM )
g. Gereja anggota memberikan sumbangan yang sepadan dengan anugerah yang diterimanya dalam usaha untuk mencapai kemandirian di bidang Teologia, daya dan dana bagi semua geeja dan untuk membiayai pelaksanaan keputusan bersama.
7.7 Pengorganisasian DGI
Pada Sidang Raya I DGI , pembahasan lebih ditik beratkan pada masalah-masalah organisatoris, untuk menyelesaikan apa yang telah dikerjakan oleh panitia konferensi persiapan pada tanggal 6-13 Nopember 1949 itu.
a. Anggaran Dasar
Pada Sidang Raya DGI I, telah disahkan Anggaran Dasar ( AD ) yang kemudian
menjadi salah satu alat oraganisasinya. Selain AD disahkan dan diterima pula Anggaran Rumah Tangga ( ART ) , yang menjadi acuan operasional DGI.
b. Perlengkapan
Selaras dengan AD DGI pasal 6, didalam tubuh DGI dikenal adanya siding-sidang dan badan-badan sebagai berikut :
1. Sidang Raya :
a. Merupakan siding dari para utusan seluruh anggota DGI
b. Merupakan badan tertinggi dalam struktur ( DGI )
c. Mempunyai hak untuk menelorkan keputusan-keputusan yang prinsipil.
Misalnya : - Hak-hak untuk menempatkan dan mengangkat badan pekerja
- Melakukan perubahan / penambahan AD
- Pembubaran DGI dan lain-lain
2 Badan Pekerja adalah :
a. Anggota dipilih dan diangkat oleh Sidang Raya DGI
b. Memiliki masa kerja tertentu
c. Tugas menjalankan keputusan – keputusan Sidang Rara DGI
1. Menyiapkan bahan/usulan untuk siding berikutnya
2. Menyiapkan konsep anggaran belanja DGI
3. Melaporkan / mempertanggungjawabkan hal-hal tersebut pada siding
Berikutnya
d. Bertugas menjalankan kepemimpinan DGI melalui BPH – nya
e. Sehubungan dengan tugas menjalankan kepemimpinan DGI melalui BPH – nya maka berhak mengangkat pihak-pihak tertentu dalam rangka mendukung pelaksanaan tugasnya
Sejak Sidang Raya III DGI ( di Jakarta 8-17 Juli1956 ) dikenal badan pekerja lengkap ( BPH ), mengingat semakin berat dan meluasnya tugas yang diembannya Sehingga dikenal adanya BPL dan Badan Pekerja Harian ( BPH )- nya .
3. Badan-Badan Lainnya adalah
a. Komisi- komisi, panitia-panitia dan lain-lain
b. Diangkat oleh Sidang Raya untuk mengemban tugas khusus
c. Memepertanggungjawabkan segala pekerjaanya Sidang Raya DGI
4. Lambang DGI adalah :
a. Sebuah kapal, tersalib yang tengah berlayar di seluruh perairan dunia dengan muatan Iman – Persekutuan – Pengharapan
b. Artinya kapal Oikumene yang ditengah-tengahnya tertanam salib itu mengingatkan tentang kapal yang dipergunakan oleh Tuhan Yesus beserta para muridnya di tasik Galilea
7.8 Sidang-sidang Raya DGI / PGI
Sampai dengan tahun 2010( Tahun pembuatan diktat kuliah ini ) DGI /PGI telah mengadakan Sidang Raya sebanyak 15 Kali . Beberapa Sidang Raya tersebut ( Kecuali Sidang Raya I DGI ), biasanya menggunakan tema-tema tertentu yang dijadikan arahan bagi setiap Sidang Raya, dilakukan berdasarkan pertimbangan yang masak. Karena tema-tema yang dipakai biasanya dihubungkanmdengan konteks pergumulan gereja-gereja dan masyarakat di Indonesia dan di dunia, selain itu tentunya juga dikaitkan dengan kehidupan Oikumene itu sendiri.
URUTAN SIDANG RAYA DGI / PGI
No Urutan Sidang Raya Tanggal Tempat
1 Sidang Lengkap I ( Pembentukan DGI ) 21-18 Mey 1950 Jakarta
2 Sidang Lengkap II DGI 20-30 Juni 1953 Jakaarta
3 Sidang Lengkap III DGI 8-17 Juli 1956 Jakarta
4 Sidang Lengkap IV DGI 3-13 Juli 1960 Jakarta
5 Sidang Lengkap V DGI 3-14 Mey 1964 Jakarta
6 Sidang Lengkap VI DGI 29 Okt - 8 Nop 1967 Makasar
7 Sidang Lengkap VII DGI 18-28 April 1971 Pematang Siantar
8 Sidang Lengkap VIII DGI 1-12 Juli 76 Salatiga
9 Sidang Lengkap IX DGI 19-31 Juli 1980 Tomohon
10 Sidang Lengkap X DGI 21-31 Okt 1984
11 Sidang Lengkap XI PGI 20-30 Okt 1989 Surabaya
12 Sidang Lengkap XII PGI 21-30 Okt 1994 Jayapura
13 Sidang Lengkap XIII PGI Tahun 2000 Palangkaraya
14 Sidang Lengkap XIV PGI Nop awal- Des akhir 2004 Caringi Bogor
15 Sidang Lengkap XV PGI 17-24 Nop 2009 Mamasa-Sul-Bar
Rabu, 21 April 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar